10. KAJIAN SIMBOL ‘Qaaf’
Qaaf.
Demi
Al-Qur’an yang sangat mulia. (QS. 50:1)
Sesungguhnya
Kami telah mengetahui
apa yang
dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh mereka),
dan pada
sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS. 50:4)
Tulisan
ini masih mencoba mengkomunikasikan simbol. Seraya senantiasa
memohon bimbingan dan ampunan-Nya.
Sejak jaman purba kemudian memasuki jaman para
nabi, sampaipun menembus jaman peradaban teknologi di milinium ini.
Banyak jiwa yang tetap dalam keraguannya. Mempertentangkan dan
mempertanyakan.
“Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali
lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin” (QS. 50:3).
Ya, jiwa akan senantiasa mempertanyakan itu. Tidak
pandang dia ber agama ataupun dia tidak ber agama. Pertanyaan yang tersembunyi
jauh di lubuk hati setiap manusia. Lintasan ini kadang tidak mampu di tahan
begitu kuatnya menyelimuti hati, menimbulkan ‘keraguan dan kegamangan’ setiap diri dalam
mengambil sikap atas hempasan dan ‘cobaan’ kehidupan. Semua jiwa sulit
sekali menetapi dirinya dalam sebuah keyakinan yang satu. Senantiasa mereka
akan berada dalam suasana ‘dualitas’.
Inilah problematika setiap jiwa manusia.
Berita para nabi yang mengkhabarkan bahwa setiap
apapun yang diperbuat manusia akan di mintakan pertanggung jawaban di akherat.
Menjadi sebuah berita yang kurang diminati lagi. Banyak jiwa manusia dalam keraguan atas
pertanggungan jawaban yang akan dimintakan Tuhan terhadap dirinya selama dia
hidup di dunia. Inilah masalahnya !.
Kehidupannya yang terasa berat,, mencari nafkah
untuk makan sehari-hari, tanggung jawab sosial dan juga demi banyak
gengsi telah melingkupi, belum lagi beban pekerjaan, beban
tanggungan anak, suami/ istri, orang tua dan saudara. Tanggungan
bayaran angsuran rumah, mobil, motor, kartu kredit, dan banyak sekali beban
keuangan, telah membuat manusia berfikir pragmatis.
Berita para nabi menjadi urusan yang di
gampangkan “Bagaimana nanti
sajalah”. Bukan menjadi sebuah pemikiran “Nanti saya akan di bagaimanakan ?”.
Sehingga karenanya, agama tidak lagi memberikan
peranan atas perubahan akhlak manusia. Sungguh menjadi kepenatan tersendiri,
menyoal perihal ini.
Namun biarlah setiap diri menjalani lakon
kehidupannya masing-masing. Menjadi warna-warni kehidupan anak manusia. Maka
bagi mereka yang perlu saja, kajian ini dihantarkan. Dalam sebuah niat saling
mengkhabarkan dan berbagi pemahaman.
Entitas ‘Universe’
di alam semesta
Entitas ‘universe’
sebagai ‘server’
Siklus alam semesta, siklus rantai makanan, siklus
air, siklus energy, bahkan siklus kejadian manusia dan masih banyak siklus
lainnya. Nampak nyata sekali terpampang di hadapan kita. Semua berjalan begitu
harmoni, terasa biasa dalam pandangan mata. Seperti tidak ada yangmengaturnya,
serba otomatis terjadinya. Maka manusia terbuai menyaksikannya. Menganggap
bahwa semua itu terjadi begitu saja, tidak ada yang mengaturnya. Itulah
anggapan sebagian manusia.
Bagi manusia yang berfikir semua itu akan nampak
begitu luar biasanya, maha dasyat proses terjadinya. Keseluruhan
sistem yang memerlukan ‘kecerdasan’
yang Maha Sempurna untuk mengatur semua itu tetap dalam
keadaannya
“….dan pada sisi Kamipun ada kitab yang
memelihara (mencatat). (QS. 50:4)
Semua proses, semua kejadian di catat dengan begitu
rapinya dalam suatu kitab. Informasi ini begitu jelas. Namun jika khabar ini
diterima manusia di abad-abad sebelum teknologi mungkin akan dianggap sebagai
berita pemanis saja. Maka banyak orang yang kemudian meragukannya. Perlu
berapa milyard kertas untuk mencatat setiap kejadian di muka bumi ini. Mungkin
begitu pertanyaan mereka. Sulit mereka menerima berita ini.
Kita yang terlahir di era komputer ini, mestilah
bersyukur, sebab ayat ini akan mudah kita pahami. Jika ‘kitab’ tersebut kita
ganti dengan istilah ‘server’, tempat
penyimpanan data, maka semua itu menjadi mungkin. Bayangkan saja komputer
pribadi di tempat kita saja mampu menyimpan seluruh rekaman aktifitas kita dari
bayi sampai kita mati. Bagaimana dengan kemampuan ‘server’ di
google dan yahoo?.
Kemudian mari kita teruskan imajinasi saja. Jika
kita hanyalah satu bagian dari sebuah program di dalam server tersebut
yang terkoneksi dengan mereka. Maka tentunya google atau yahoo Akan mampu meretas file kita.
Meskipun kita sudah dimatikan, tidak dimainkan lagi, dan file sudah di close.
Mereka tetap akan dengan mudah memanggil file kita untuk di buka kembali. Dan
ketika file kita di panggil otomatis kitapun akan hidup kembali. Inilah
pendekatan ‘analogy’ untuk memahami ayat tersebut.
Seperti kita tahu bahwa seluruh alam semesta ini
penuh dengan gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet memiliki
kemampuan menyimpan informasi. Maka menjadi mungkin jika saya mengasumsikan bahwa
data seluruh umat manusia tersimpan di alam semesta ini. Maka hakekatnya alam
semesta ini adalah kotak server itu sendiri dalam sebuah kesatuan ‘universe’.
Begitulah perumpamaan dan analogy yang saya coba
sandingkan. Sekaligus juga untuk menjelaskan bahwa ada suatu ‘entitas’ yang
bekerja merekam dan mencatat semua rangkian kejadian. Dan semua itu,
terakumulasi dalam pemahaman saya bahwa ada suatu entitas ‘universe’ yang bekerja secara simultan di
alam ini. Mungkin saja gelombang elektromagnet atau mungkin juga adalah ‘ether’, yang secara berkesinambungan
menjadi lalu lintas informasi di jagad raya ini.
Entitas ‘universe’ sebagai penyusun tubuh
Kemanakah
atom-atom tubuh kita setelah menjadi tanah?.
Bisakah
atom-atom tubuh tersebut di panggil kembali ulang menyusun tubuh kita kembali?.
Setelah kita mati, tubuh kita terurai menjadi
atom-atom kembali. Atom-atom ini kemudian berikatan dengan senyawa lainnya.
Mengalir bersama air tanah, masuk menyelusup ke relung-relung tanah. Mungkin
juga ada yang terbang ke udara bersama bau sisa-sisa mayat. Menjadi bubur alam
semesta kembali. Bubur ini entah di makan siapa dan apa saja. Tidak ada satupun
yang berusaha meng’kode’ dan me’mindai’ perjalanan setiap atom-atom tubuh
manusia. Manusia menganggap sebagai ‘proses yang biasa saja.
H20 akan larut dan bersatu dengan air-air tanah
lainnya, meresap ke dalam tanah, mengalir bersama sungai-sungai di dalam tanah,
menuju lautan dan danau-danau di dalam tanah. CO2 dan O2 akan berikatan dengan lainnya
dan atau terbang ke angkasa bersatu dengan lainnya. Fe, Na, Cl, dan banyak
unsur lainnya bersatu menjadi unsur-unsur tanah.
Kesemuanya itu seperti menjadi sebuah adonan fluida
raksasa, menjadi bubur alam semesta. Menjadi bahan yang siap untuk di cetak
kembali, menjadi penyusun tubuh manusia, binatang, dan juga lainnya. Maka menjadi sangat
mungkin, bila (maaf) air kencing anda sekarang berada di dalam tubuh saya.
Karena air kencing anda yang masuk ke tanah, secara kebetulan masuk ke air
minum saya.
Karena sesungguhnya keadaannya, kita secara
bersama-sama menjadi bubur semesta. Berada di dalam ‘universe’. Diantara ‘universe’
diliputi ‘universe’ dan juga
menjadi bagian dari ‘universe’. Kita secara bersama-sama menggunakan ‘universe’ secara bergantian. Air
dan udara, itulah ‘universe’,
yang secara bersama-sama menyusun tubuh kita.
Tubuh kita dan seluruh instrumennya membutuhkan air
dan udara. Kedua komponen ini secara bebas ada di alam semesta setiap saat bisa
kita ambil. Satu jam yang lalu udara masuk ke paru-paru seorang presiden,
satu jam ke mudian udara tersebut sudah bebas lagi di pakai siapa saja. Mungkin
saja di pakai oleh saya. Maka bukankah saya adalah ‘sebagiannya’ adalah presiden juga?.
Udara dan air yang keluar masuk di raga yang
terberkati, semisal nabi dan orang-orang suci. Tentunya telah mengalami ‘pemurnian’ kembali. Dan sekaligus juga
mengalami ‘getaran’ frekwensi
tersendiri yang ‘unik’. Udara dan air
seperti ini (terberkati) akan bekerja semisal ‘anti oksidan’, akan
menyelaraskan ‘getaran anion dan kation’ di dalam tubuh kita. Sehingga tubuh
kita akan kembali harmoni dengan alam semesta. Air dan udara tersebut akan
berpasangan di tubuh kita membantu kita harmoni dengan alam semesta. Maka kita
dapati kita menjadi mudah khusuk, perasaan kita tenang, dan senantiasa tidak
ada rasa takut juga tidak ber sedih hati.
Simbolisasi ini kemudian menjadi ‘keyakinan’ umat Kristen, dalam acara
pemberkatan kepada umatnya. Dimana kepada umatnya di haruskan untuk minum air
suci (terberkati) dan memakan roti yang di simbolkan sebagai di manifestasikan
kepada Yesus.
Kepada umat Islam, disarankan berdoa untuk
keselamatan para nabi dan orang-orang suci (dalam al fatehah dan dalam tahiyat, dikhusukan lagi dalam sholawat). Doa-doa
tersebut akan menyelaraskan tubuh kita. Saya umpamakan dengan doa tersebut
aalah, kita seakan-akan sedang menyusun ‘baut-baut’
di dalam tubuh kita, mempersiapkan jika suatu saat ‘sekrup’nya (berupa melekul air dan udara yang telah digunakan para
nabi dan orang suci) bersirkulasi di dlaam tubuh kita, maka ‘klek’, terpasang sudah antar baut dan
sekrupnya. Tubuh kitapun terasa nyaman, dan enak sebab terpasang air dan
oleh melekul-melekul yang sudah ter-harmoni keadaannya dengan alam semesta.
Maka jangan segan-segan berdoa dan ber sholawatlah untuk nabi dan orang-orang
suci.
Air dan udara inilah entitas ‘universe’ selanjutnya yang saya maksudkan.
Inilah nafas kita, yang kita gunakan secara massal bersama-sama dengan manusia
lainnya. Maka tidakkah hakekat ini ‘membuka’ mata batin kita, bahwasanya kita
sebenarnya adalah satu. Hanya saling bergantian saja menggunakan entitas
‘universe’ ini.
Bukan tidak mungkin (maaf) air kencing anda saat
ini telah terminum oleh saya dan sekarang ini air tersebut telah berada dan ada
di badan saya. Bukankah kalau begitu kita merupakan satu tubuh yang sama. Jika
kita analogykan maka kita bagaikan satu tubuh yang tergabung di dalam tubuh
alam semesta. Karenanya sesungguhnya, kita manusia adalah umat yang satu.
Persepsi manusia itu sendiri saja yang menyebabkan ‘serasa’ ber golongan-golongan.
Menarik interprestasi simbol
Pemahaman tersebut menghantarkan keyakinan saya,
(tentunya untuk keperluan pribadi) atas pemahaman
symbol Qaaf,
yang mengawali surah ini. Pemahaman ‘universe’ yang panjang lebar saya
uraikan di muka, dalam interperstasi saya, nyatanya oleh Al qur an hanya
di symbolkan dengan satu huruf Qaaf. Sangat
sederhana dan simple sekali.
Dalam agama Hindu pemahaman atas ‘universe’ yang saya usung juga di
symbolkan berada di bawah pengawasan para Dewa-dewa. Pemahaman yang
cukup rumit dalam mitology Hindu. Nyatanya di dalam Al qur an di akomodasi
dengan hanya satu buah symbol huruf saja yaitu Qaaf.
Penghancuran tubuh-tubuh manusia berlangsung dengan
sangat tertib sekali, dan tidak mungkin salah. Atom-atom akan mengurai sebagaimana
asalnya. Kemudian atom-atom ini (juga) terpelihara dan terjaga
sebagaimana keadaannya, sebagai bahan baku untuk menyusun senyawa berikutnya.
Siap menjadi penyusun tubuh manusia kembali. Dan juga siap untuk melakukan
penghancurkan diri kembali. Ada ‘entitas’
yang cerdas memelihara keadaan ini. Atom-atom ini sepertinya patuh saja,
untuk menyusun apa saja. Menjadi sesuatu yang menurut kita ‘menjijikan’ pun, atom-atom ini menurut
saja.
Sebagian atom-atom lainnya ini juga siap merekam
semua jejak-jejak manusia, menjadi saksi perilaku manusia. Setiap diri manusia
memiliki medan elektromagnet yang khas dan unik, ter-kode dengan akurasi
maksimal, dan tidak mungkin salah. Sehingga mudah saja di panggil kembali untuk
saling membentuk dan menyusun tubuh kembali. Sebagaiman menghidupkan ‘file’ game dalam komputer. Meskipun
sang jagoan sudah hancur lembur di akhir episode, namun pemain masih bisa ‘starting’ kembali, untuk menghidupkan ‘jagoan’nya.
Karenanya ; Qaaf (bersumpah), Demi Al qur an yang sangat mulia.
Bahwa ‘entitas’ ini
akan menurut saja, menghancurkan diri, menyusun, memelihara, membentuk, dan
lain sebagainya. Menjadikan alam semesta beserta isinya ini sebagaimana keadaan
yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana yang di di isyaratkan Al qur an.
Maka
dari itu patutkah kita mempertanyakan keadaan ini, sebagaimana pernyataan penuh
keraguan yang di kisahkan oleh Al qur an kepada kita, (yaitu) sebagaimana umat
yang mempertanyakan ini.
Qaaf. Demi Al-Qur’an yang sangat mulia. (QS. 50:1)
“Mereka
tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka
seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah
orang-orang kafir: “Ini adalah suatu yang amat ajaib” (QS. 50:2)
Apakah
kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu
adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin” (QS. 50:3).
“Sesungguhnya
Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh mereka),
dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat)”. (QS. 50:4)
Demikianlah, Al qur’an ingin berkomunikasi dengan
kita, melalui bahasa yang sederhana. Menampakkan ‘realitas’ di depan mata kita, menampakkan ‘kebenaran’ yang akan di akui bersama. Sebegitunya Al qur an
membimbing kita.
Hmm..!. Maka interprestasi ini pun dalam wilayah ‘pribadi’ , untuk menambah keyakinan
diri. Maka selayaknya kajian ini seumpama sebuah khabar saja. Sebagaimana kita
memeperlakukan khabar lainnya. Kebenarannya berada dalam dimensi keyakinan masing-masing.
Bagaimana keadaannya?, walohualam bisawab.
⏩ Bersambung ke episode 11
https://samudrasimbol1.blogspot.com.au/2018/02/episode-11-kajian-simbol-tha-ha.html
Entitas ‘Universe’ di alam semesta. Entitas ‘universe’ sebagai
‘server’. Keseluruhan sistem yang
memerlukan ‘kecerdasan’ yang Maha
Sempurna untuk mengatur semua itu tetap dalam keadaannya. Entitas Qof, entitas cerdas yang megatur semua ini, entitas ini akan menurut saja, menghancurkan diri, menyusun, memelihara,
membentuk, dan lain sebagainya. Menjadikan alam semesta beserta isinya ini
sebagaimana keadaan yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana yang di-isyaratkan Al qur
an. Ada ‘entitas’
yang cerdas memelihara keadaan ini. Atom-atom ini sepertinya patuh saja,
untuk menyusun apa saja.
No comments:
Post a Comment