Thursday 1 February 2018

Samudra Simbol 1 - Bingkai Simbol: Pengantar

Samudra Simbol
Bagian I

(Bingkai Simbol)











Arif Budi Utomo

=================================================================


Pengantar dari Penulis



Segala puji kepada Allah yang telah menghadirkan alam semesta , memperlihatkan keapada manusia akan keberadaan alam semesta yang sedemikian hebat, dahsyat dan luar biasa. Alam luar biasa dalam pandangan mereka yang berilmu, alam yang  maha cerdas, alam yang maha indah. Dipenuhi rahasia demi rahasia, dan ilmu yang terus diungkap oleh manusia.

Alam semesta yang berupa lambang atau symbol yang terus dicari dan diungkap oleh anak manusia. Para akhli ilmu alam, para hamba Allah yang Maha Pengasih telah menggunakan segenap daya dan upaya dalam ‘membaca alam”.

Buku di hadapan sidang pembaca ini merupakan salah satu usaha dalam membaca simbol yang berlimpah di alam semesta ini. Membaca simbol tentu saja hanya bisa difahami oleh mereka yang memiliki keakhlian di bidang simbol ini dan juga memiliki ketertarikan yang sungguh-sungguh dalam membaca simbol ini. Maka buku ini sengaja diperuntukkan kepada yang terpilih.
Yaitu orang-orang yang terpanggil untuk menjadi khalifah alam semesta, berani memasuki lebih jauh rahasia alam semesta.

Mengapa kajian ini menjadi penting?.
Padahal realitasnya ya sama saja. Seumpama apel yang jatuh ke tanah hanyalah sebuah hal biasa saja dan bisa dijelaskan dengan sangat mudah. Tetapi  melalui fenomena apel jatuh ini Newton menjelaskan perihal hukum-hukum gravitasi. Membaca symbol atau hukum alam yang berlaku atas peristiwa jatuhnya apel ini, sebuah penjelasan yang rumit dan luar biasa yang hanya dimiliki oleh seseorang yang bersungguh hati mengamati hal ini dan ingin membuka rahasianya.

Siapa yang tertarik dengan bahasa simbol-simbol hakekatnya dialah sang PERUBAH DUNIA?.

Melalui pemikiran mereka maka hukum alam semesta ini bisa dimengerti, dipahami dan diimplementasikan untuk peradaban manusia. Maka tentu saja hal ini  hanya diperuntukan bagi orang-orang yang terpilih saja. Yaitu kaum yang mau berfikir memikirkan penciptaan-Nya baik duduk, berdiri, ataupun berbaring.

Kesadaran manusia yang sedemikian kecil dan tak berarti di alam semesta ini. Bagaikan sebutir pasir di gurun pasir. Namun sekalipun teramat sangat kecilnya. Manusia itupun sedemikian pelik, kompleks dan sedemikian rahasianya. Manusialah yang memiliki kesadaran tertinggi dan mampu membuka rahasia symbol, rahasia Alif lam mim, Ha mim dan hukum alam atau sunatullah yang merupakan hakekat dari alam semesta ini dalam kesadaran manusia.

Μenuliskan kajian yang berat dan membosankan ini. Demikian pula sangat diperlukan kesungguhan dan minat khusus bagi pembaca untuk melanjutkan kajian ini. Menuangkan kajian Alif lam mim dalam kesadaran kita akan membuka polemick berkepanjangan, pro-kontra tak berkesudahan.

Kearifan dalam membaca sebuah simbol yang digunakan dalam Al qur an menuntut sikap ‘bijak’ bagi kita semua dalam menyikapi ‘perbedaan’ yang mungkin timbul, dalam menguraikan makna hakekat atas simbol yang dimaksudkan tersebut.

Bahasa simbol meskipun digunakan secara umum oleh para filsuf serta oleh  para ilmuwan, tetap saja sulit bagi kita yang awam untuk memaknainya arti yang dimaksud sebenarnya oleh para penulisnya. Apalagi yang akan kita kaji adalah bahasa symbol Al qur an. Maka sangat dibutuhkan ‘kearifan’ sidang pembaca untuk menyikapi kajian ini.

Simbolisasi atas hakekat makna,
sering digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dan biasanya yang digunakan adalah lambang huruf, benda, atau logo, dan lain-lainnya.  Kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan menjadi sebab mengapa manusia memilih bahasa simbol atau logo dalam mengungkapkan apa yang diinginkannya. Hal ini dikarenakan, sebab apa-apa yang ingin disampaikan dan diungkapkan  tidak di wadahi oleh tata bahasa manusia atau juga perlu banyak sekali interprestasi dan penjelasan yang harus dituliskan untuk menggambarkan yang dimaksudkan.

Ungkapan rahsa, ungkapan makna filosofi, bahkan ungkapan dalam ‘science’ sendiri memerlukan ‘lambang’, atau logo’ atau ‘simbol-simbol’, agar mampu dikomunikasikan kepada manusia lainnya. Sebuah symbol dianggap akan  mampu mewakili apa yang ingin disampaikan, sehingga para ilmuwan, para filsus, para ahli komunikasi, dan lain-lainnya sering menggunakan ‘model’ bahasa simbolisasi seperti ini.

Bahasa yang simple, sederhana namun kaya makna.

Pengajaran dipergilirkan dari kami satu demi satu agar saling melengkapi, saling menguatkan dan saling menyaksikan (sebagaimana dalam surah Yasin tentang persaksian pengajaran Allah)

Pengajaran aql, Pengajaran hati dan Pengajaran ruhani
Tiga gerbang utama yang harus dibuka:
·         Akal
·         Hati
·         Ruh
Ada tiga penutup (cover) yang harus dibuka:
·         Akal
·         Hati
·         Ruh
Ada tiga cahaya yang harus diterima:
·         Akal  (ilmu)
·         Hati (rasa)
·         Ruh (alam)
Cover ... gerbang... kegelapan.. ketidaktahuan...
Pengetahuan... cahaya di baliknya...
Mungkin kita dapatkan bila kita coba
Mungkin bisa kita rasakan bila kita berusaha...
Mungkin ada tangan Tuhan dibaliknya...
ada cinta.. kasih sayang.. keyakinan dan jaminan (keteguhan hati).
Bila kita berusaha
Bila kita mencoba
Bila tak ada kata menyerah dan putus atas..
Bila selalu ada harapan.
Mungkin kita harus menjelajah seluruh pelosok bumi
Mungkin harus melihat tanda-tanda di ujung persada disana
Mungkin harus terus berusaha dan tetap berusaha .
Sampai Tuhan puas dan ridho akan perjuangan kita
Dan menariknya kembali pulang ke pelukanNya
Mungkin di luar sana ada dunia lain yang menunggu
Mungkin dunia itu tengah menantikan kita
Mungkin gerbangnya sudah terbuka
Mungkin para penyambut tamu sudah bersedia
Mungkin jamuan penyambutan sudah bersiap
Mungkin kegembiraan
Tengah berkumandang di setiap bagian istana itu..
Berita kedatangan penghuni baru telah tiba..
Sorak sorai.. tepuk tanganp
Pesta telah siap sewaktu-waktu
Dan gerbang itu telah terbuka
Mungkin saatnya kita menjenguk di balik gerbang itu..
Atau mungkin engkau telah sayup-sayup
Mendengar tembang indah yang terdengar di balik gerbang akherat itu?

Mungkin lebih baik kita mulai belajar mendengar suara yang berasal dari balik gerbang itu
Mungkin memperhatikan pembicaraan mereka.. dan apa yang dimaksud
Suara-suara dari tempat dimana kita akan kembali suatu saat nanti.
Ataukah kita akan terus mencari dan mencari..
Tak kenal lelah tanpa berhenti dan memaknai
Bahwa kita telah menemukan tanpa menyadarinya

Mungkin suara-suara cinta itu mulai menembus hati.
Mungkin kidung-kidung indah dari balik gerbang dunia dari alam rahmah itu mulai bersenandung.. dan bunga cinta sedang tumbuh....
Mungkin hujan kasih sayang mulai menumbuhkan benih yang tersisa
Mungkin pula bahasa kasih sayang mulai difahami
Dan mungkin pula kita telah berada di jalan yang benar.. berada di aliran sungai yang akan menghanyutkan kita ke muara .. kembali ke samudra kasih sayang.

Mungkin setelah lelah mencari ke seluruh penjuru dunia..
saatnya kita diam menikmati di atas perahu takdir kita
yang akan menghanyutkan jiwa kita kembali ke pelukan
penuh cinta dari sang pemilik hidup..
kembali ke samudra kasih sayang ..
samudra kehidupan itu sendiri... sang maha hidup.

Denting gitar dan nyanyi lembut dari balik gerbang hidup
Atau mungkin nada semacam itu yang sering terdengar..
Senandung alam..
Lagu indah menyentuh hati
Pesan yang terdengar dari kejauhan dalam bahasa yang asing..
Namun jelas dan nyata..
Di balik gerbang itu memanggil dan berseru
Selalu dan selalu..
Sayangnya dengan bahasa yang tak ku tahu
Sayangnya dengan nada yang tak kau mengerti
Sayangnya dengan denting dan gelombang yang tak kita fahami..
Selalu ada dan nyata dan terus menerus bergema..
Nada-nada cinta

"Bagaimana ku katakan cinta bila tak kau tahu bahasanya"
"Bagaimana ku senandungkan nada cinta
Bila kau tak mendengarnya"
"Bagaimana kulukiskan cinta
Bika kau tak mampu melihatnya"
"Bagaimana kupahatkan cinta cinta bila kau tak mampu memegangnya"
Bagaimana kau mengerti cinta bila tak bisa apa-apa
Kau tak sadar akan cinta
Bila tak pernah memiliki pembanding apapun
Kau seperti bayi yang diselimuti cinta tanpa tahu bahwa itulah cinta...

Dalam buku ini kajian yang ingin kami hantarkan adalah sebuah kajian yang berusaha memaknai bahasa simbol yang terserak dalam al qur an. Pengajaran ini tentu saja sangat membutuhkan pemahaman dan niat yang tulus bagi yang berkeinginan memasukinya. Sebab dimensi yang akan dimasuki adalah ‘dimensi keyakinan’.

Kajian ini memberanikan diri mendobrak nilai yang yang tertanam berabad-abad. Memberanikan diri melepaskan diri dari belenggu ketakutan dan hanya merupakan usikan pembaharuan memahami bahasa Al Quran dari sisi bahasa yang belum pernah diungkap. Bahasa murni Al Quran yang dilambangkan dengan Alif Lam Mim.

Bukan memaknai apa ‘Alif Lam Mim’ itu. Tetapi kita memaknai apa agar makna lambang Alif Lam Mim ini memberikan hikmah kesadaran bagi kita saat membacanya.



Dengan susunan huruf yang tidak beraturan. Susunan huruf yang tidak mengandung makna (dalam referensi manusia).   Allah (telah) memberikan penekanan kuat atas pernyataan selanjutnya. Susunan huruf ini memberikan intonasi kuat  bahwa Al quran (hanya) diturunkan dari sisi Tuhan (Allah).Dengan penyertaan kata (acak) tersebut menjadikan  
‘pernyataan berikutnya tak terbantahkan lagi’.
Islam menuntut agar manusia
‘menggunakan akalnya’
untuk melakukan pengamatan terhadap alam dan juga diri mereka sendiri.  Sebab begini inilah jalan para nabi.

Menarik kita kaji, bahwa rangkaian simbol-simbol huruf dalam Al qur an jika kita telusuri, dapat memberikan pemahaman atas ‘design’ juga  hakekat alam semesta itu sendiri, dan  bahkan diri manusia yang sangat misteri  ini. (Disarankan kepada sidang pembaca melihat kajian simbol Alif Lam Mim, Ha Mim, dan juga lainnya yang sudah dihantarkan sebelumnya).  Rangkaian huruf ini teratur sekali sepertinya ingin menjelaskan kepada kita, atas  filosofi penciptaan alam semesta ini.

Bahkan jika kita ingin lebih dalam lagi, kita  akan dapati bahwa rangkaian huruf tersebut juga  ingin menjelaskan dan mengakomodasi pemahaman agama-agama terdahulu sebelum Islam.

Setiap manusia harus melakukan proses pengamatan, inilah hakekat yang diajarkan para nabi. Sesuatu keadaan yang sering dilupakan oleh kita di jaman ini. Dari sinilah kearifan manusia akan muncul.

Oleh karena itu, Al qur an dengan tegas menohok orang-orang yang tidak mau melakukan pengamatan ini. Yaitu orang-orang yang membabi buta mengikuti pemahaman nenek moyang mereka atau guru-guru mereka. Setiap manusia berkewajiban menguji keyakinan dan pemahamannya sendiri. Jangan sekedar hanya ikut-ikutan saja. Ingatlah pertanggung jawaban akan dimintakan kepada diri mereka sendiri,

Islam menuntut agar manusia ‘menggunakan akalnya’ untuk melakukan pengamatan terhadap alam dan juga diri mereka sendiri.  Sebab begini inilah jalan para nabi. Kita diminta, agar  janganlah dengan begitu saja menelan kebenaran dan kemudian membabi buta, menyerang kelompok lainnya. Tanpa terlebih dahulu melakukan pengamatan.   Inilah hikmah yang ingin dihantarkan. Gunakan hati, empathy, utamakan budhi luhur.

Melalui serangkaian pengkajian simbol inilah, kita mendapatkan pijakan untuk mengungkapkan keadaan yang menjadi misteri kesadaran manusia selama ini. Rangkaian simbol ini menjelaskan pemahaman dan kesadaran manusia semenjak jaman dahulu kala.

Karena masih berupa simbol maka ini menjadi sangat cair sekali. Pemaknaan sangat tergantung kepada referensi yang kita miliki. Pola akan selalu tetap, mengikuti kaidah ini. Bagi yang terbiasa dengan management bisa juga memaknai simbol al qur an sebagai simbol _continuous inprovement_.

Simbol adalah bahasa yangg simple, kaya makna. Mampu dimaknai tanpa batas tergantung tingkat ilmu dari yang bersangkutan Maka pemaknaan simbol tergantung tingkat kedewasaan ilmu yang memaknainya. Semisal formula sederhana Einstein begitu hebat dan luarbiasa energynya bagi kaum yang berilmu. Namun bagi kebanyakan manusia hanyalah angin lalu semata. Keunikan bahasa simbol ini ketika bicara dengan seorang yang sudah memiliki referensi maka bila itu sebuah buku. Tidak perlu membaca buku. Hanya membaca referensi saja dan lambang dia sudah mampu membaca tanpa perlu membaca seluruh buku.

Pesan dalam simbol dan lambang hanya ditujukan khusus kepada hambaNya yang terpilih. Yang berilmu dan yang beriman kepada ayat-ayatNya yang mukhamat dan mutashabihat. Yang meyakini semua ayat-ayat ini berasal dari Allah. Ketika mereka membaca maka semakin bertambah ilmu dan keimanan mereka. Dan mereka mengartikan tidak menurutkan keinginan dan hawa nafsu mereka. Mereka hanya ingin mewujudkan wajah Allah dalam penyampaian simbol dan lambang.

Mereka ingin mengabarkan keberadaan Allah. Ilmu yang ingin diajarkan Allah dalam bentuk rumus formula dan informasi ini hanya mampu diterjemahkan mereka. Dan mereka sampaikan lagi ilmu itu kepada manusia umumnya dengan bahasa yang lebih mudah difahami. Semua untuk menunjukkan keberadaan Allah. Kehebatan dan keagunganNya. Dan memasuki komunikasi lambang. Seperti memaknai alam semesta dari unsur atau atom-atomnya.

Menyampaikan bahasa lambang dan sandi secara langsung kepada yang tidak memiliki ilmu justru tiada guna dan justru menimbulkan fitnah dan perpecahan. Klaim kebenaran semu. Maka hanya denngan keimanan kepada ayat-ayat Allah saja yang mampu berada dalam ruang lambang simbol ini. BTentu saja bila mereka mau bersungguh-sungguh tertarik dengan simbol.

Membaca simbol ini memerlukan perenungan terus menerus. Siang Malam.
Sambil berdiri duduk berbaring. Sanggupkah?.
Membaca simbol sayangnya tidak ada yang bisa mengajari. Hanya rambu dasar lalu berenanglah menuju tujuan akhir. Pertemuan dengan Tuhan. Membaca simbol akan menemukan kombinasi yang menakjubkan. Seperti menyelesaikan persamaan matematika. Fisika. Bisa diurutkan, dibagi, dikurangi, digabung dan seterusnya.


Rangkaian kata yang tersusun sangat indah ini ternyata memiliki kedalaman makna yang luar biasa sekali. Belum lagi saat kita uraikan menjadi suku kata dan juga  huruf-hurufnya. Melalui kajian simbol dapat kita tangkap sebuah methodology yang  luar biasa pada susunan huruf dan kata tersebut. Pemahaman inilah yang dapat kita tangkap pada awal pembuka kajian. Rangkaian kata sederhana namun sungguh dalam kesederhanaan tersebut terdapat filosofi yang sangat dalam sekali.

Kata yang bermakna adalah hasil konsensus manusia. Bilakah kata menjadi bermakna tanpa konsensus terlebih dahulu?. Bisa dan sangat bisa. Buktinya Al quran sudah menyampaikannya kepada kita. 
“Alif lam mim. Alif lam mim shad. Alif lam ra. Alif lam mim ra. Kaf ha ya ain shad.Tho ha.Tha sin mim. Tha sin. Shad. Qaf. Yaa sin. Haa mim.”

Kajian dalam buku ini memberanikan diri mendobrak nilai yang sudah tertanam berabad-abad. Memberanikan diri melepaskan diri dari belenggu ketakutan dan hanya merupakan usikan pembaharuan memahami bahasa Al Quran dari sisi bahasa yang belum pernah diungkap.

Bahasa murni Al Quran yang misalnya dilambangkan dengan ‘Alif Lam Mim’.

Lha bagaimana mengartikannya?.
Pertanyaannya bukan begitu!.
Tapi kita mau mengartikan apa atas kata tersebut?.

Silahkan ber kontemplasi kepada hati (jiwa) masing-masing. Kata tersebut masih benar-benar murni. Susunan hurufnya di luar konsesus manusia.

Tidak ada batasan buat kita manusia untuk memaknainya.

Sanggupkah jiwa kita berdialog dengan penyusun kata tersebut?.
Beranikah kita berdialog kepada Tuhan (Allah)
mohon dipahamkan susunan huruf yang tidak ada dalam referensi manusia tersebut (?).

Bahasa murni Al Quran yang misalknya dilambangkan dengan ‘Alif Lam Mim’.
Bukan memaknai apa ’Alif Lam Mim’ itu.
 Tetapi kita akan memaknainya sebagai apa: agar makna lambang ‘Alif Lam Mim’ ini memberikan hikmah kesadaran bagi kita saat membacanya.

Lambang Alif Lam Mim, bukanlah ajaran.
Bukan metode, bukan pula konsep. Lambang ini adalah bahasa, adalah cara komunikasi Allah sebelum membentuk menjadi rasa. Sebelum menjadi persepsi, sebelum nenjadi mitos, sebelum menjadi keyakinan. Masih murni sebelum terdistorsi oleh rasa, sebelum terpengaruh hawa nafsu. Sebelum menjadi bagian terpola dan terstruktur menurut keinginan manusia. Seperti kumpulan puzle sebelum menjadi sebuah bentuk. Karena setiap bentuk memberi makna yang berbeda.

Maka bahasa lambang atau sandi ini sangat khusus dan privacy dan hanya menjadi alat yang hanya diketahui dua fihak. Dan sebagian kecil manusia yang tertarik atau terpilih.

Allah ingin berdialog dengan jiwa kita dengan susunan huruf yang tak biasa. Ingin menyampaikan sesuatu kepada jiwa-jiwa yang mau berkomunikasi langsung kepada-Nya.

Allah ingin memberikan informasi langsung atas wilayah KUN.

Wilayah kehendak Allah.
Sesuatu yang sangat besar, maka Allah memilih ‘susunan huruf tanpa kata’.

Apakah susunan itu memiliki makna?.
 Lha pasti memiliki makna. Jika tidak memiliki makna untuk apa di tuliskan seperti  bahasa sandi. Bahasa yang super khusus di buat untuk kalangan yang tak biasa. Kita kenal ada sandi morse, sandi rumput, dan mungkin lain-lainnya lagi, seperti sandi bagi agen rahasia sebuah negara.
Apakah itu tidak ada maknanya (?).
Ya, hanya orang-orang yang mau belajar bahasa sandi tersebut yang pastinya mengerti.

Al Quran bicara dengan semua kesadaran. Semua level kesadaran. Al Quran memfasilitasi manusia untuk mengakses alam. Maka Al Quran menggunakan beberapa tingkat bahasa. Ada bahas perintah dan larangan. Ada bahasa kisah dan suri tauladan. Ada bahasa permisalan dan perumpamaan. Dan meningkat ke bahasa lambang dan simbol. Meningkat lagi ke bahasa rasa. Meningkat lagi ke bahasa ruh dan informasi dan lebih lagi ke bahasa cahaya. Cahaya yang menerangi dada. Maka bisa memasuki bahasa yang manapun. Masing-masing di layarnya.

Al Quran mencoba berkomunikasi dan bicara dengan pembaca khusus yang mampu berkomunikasi dengan bahasa lambang. Bahasa ini lebih luas. Lebih sederhana. Misalnya ra bisa kita jabarkan sebagai sunatullah maka berkomunikasi dengan Hukum alam. Hukum Fisika. Dan apapun perihal ukuran dan ketetapan Allah diliputi dan dibicarakan dengan lambang ra.

Namun tentu saja mereka yang tidak mengerti tidak tahu apa yang dibicarakan. Tdk ada komunikasi ketika Al Quran melambangkan ra. Tidak ada penambahan ilmu sama sekali ketika Al Quran berkomunikasi dengan Alif Lam Ra. Alif Lam Mim Ra. Padahal Al Quran mencoba berkomunikasi bagi mereka yang berfikir. Dan mereka meyakini komunikasi yang berasal dari Tuhannya. Beriman dengan bahasa yang tidak umum diketahui kebanyakan manusia. Dengan bahasa ini maka Tuhan bicara lebih banyak. Lebih khusus dan tugas yang lebih khusus dan beda dengan yang umum.

Rangkaian simbol yang diikat dalam sebuah ikatan lambang alam sebuah ikatan yang sempurna yaitu dhien yang kadang disederhanakan dengan istilah agama. Hakekatnya agama adalah ‘Tauhid’, Dhien adalah satu (yaitu) Islam. Kembalinya adalah Ina lillahii wa ina ilaihi rojiun. Semua akan kembali kepada Allah dalam bentuk pertanggung jawabannya masing-masing. Dalam konsekuensi besar,  (dengan keyakinan) inilah;  kajian ini di hadapkan kepada sidang pembaca. Dalam segenap takut dan harap. 

Konsekuensi diri ini, (akan) di hadapkan kepada  Allah, sang Hakim yang Maha Agung, yang membaca setiap lintasan hati di dalam diri ini. Karenanya hanya kepada-NYA diri ini memohon ampun, jika khabar ini tidak seperti keadaannya. Sebab diri hanyalah manusia ‘pembelajar’ yang sedang belajar ‘membaca’. Membaca perlambang dan symbol alam yang dinampakkannya.

Maka hanya kepada-Nya penulis memohon pengajaran. Semoga keadaanya memang demikian. Amin..amin,  ya Robbal ‘alamin. Insyaallah. 

Apakah menuangkan hikmah pembelajaran (hukum alam) ini sebuah pilihan?.  Rasanya bukan! Kehidupan telah memilih kami untuk tunduk kepada hukum-hukum yang ada di alam semesta. Kami hanya tinggal tunduk patuh dan berserah diri dengan sukarela (Islam).

Sehingga dalam hal ini posisi kami hanyalah menjadi ‘Para Penyaksi’.  Menjadi penyaksi perguliran kesadaran di alam semesta ini. Menjadi penyaksi hukum alam di muka bumi ini, formulasi dan kesempurnaan dan keindahan alam yang nampak dalam keserasian simbolNya. Menjadi saksi atas nikmat yang DIA beri.

Menjadi penyampai khabar gembira dan kebahagiaan serta kasih sayang. Diantara sabetan pedang dan murka alam. Kami diantara dan meliput semua itu. Sesungguhnya manusia sedang dimuliakan Tuhan.

Demikian buku ini kami sajikan dengan hanya mengharap pada keridhaan Allah semata. Sebuah buku yang semata-mata hanyalah sebuah bukti persembahan kepada Allah Tuhanku. Bukti persembahan karena telah memperjalankan jiwa ini mengamati satu demi satu symbol yang dihadirkan. Menjadi saksi atas keberadaan semua perlambang atau simbol alam ini. Menikmati dan berenang di samudra simbol ini. Maka buku ini hanyalah sebagai bagian persaksian dan persembahan kepada Allah. Tuhan semesta alam.

=================================================================


Bersambung ke 

https://samudrasimbol1.blogspot.com.au/2018/02/episode-1-mengurai-simbol-dan-makna.html


No comments:

Post a Comment

SAMUDRA SIMBOL

Samudra Simbol Seri 1 - Bingkai Simbol ================================================================= Pengantar: https://sam...