5. KAJIAN SIMBOL ‘Alif Lam Mim
Shaad’
Hukum pengulangan (Law of
Repetition)
Otak manusia bekerjanya melalu sistem
pengulangan. Sebuah informasi yang hanya sekilas lewat akan diperlakukan
sebagai spam. Al qur an
yang di turunkan berabad-abad lalu telah menggunakan methodology
ini. Perhatikan saja ayat-ayatnya, pasti terserak di dalamnya hukum
pengulangan yang kesemuanya dimaksudkan untuk menstimulasi otak manusia.
Cobalah perhatikan bagaimana symbol Ha Mim berapa kali di ulang, juga Alif lam mim, berapa kali di ulang, banyak sekali ayat-ayat yang di
ulang-ulang dengan banyak paparan, menjelaskan dari seluruh sudut dan sisi yang
dimungkinkan bisa memasuki ‘celah’
kesadaran (mim) manusia.
“Dan
sesungguhnya dalam Al-Qur`an ini Kami telah mengulang-ulang
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari
(dari kebenaran).”
(Al-Israa`: 41)
Bukankah jelas sekali informasi ini,
sebuah system dan methodology ‘pengulangan’. Ada apakah dengan pengulangan
ini?. Kenapakah kita justru tidak memperhatikannya?. Apakah sebab terlalu
seringnya symbol tersebut di ulang, kita justru malah mengabaikan makna, yang ‘luar biasa’ tersebut.
Bukannya seharusnya karena sebab itu,
menjadikan diri kita semakin memperhatikannya, Kemudian
memasukinya semakin dalam. Kenapa yang terjadi malah kebalikannya.
Simbol tersebut di anggap
biasa saja !.
Inilah sistem bekerjanya ‘ego’
manusia. Sesuatu yang sering muncul dalam kesadaran kita, sebagai ‘kebiasaan’ hanya akan dimaknai
sebagai kewajaran. Sekali lagi
inilah isyarat yang diberikan Al qur an !.
Haikal Hassan, lebih dari 10 tahun
menjadi konsultan berbagai perusahaan besar, telah mencoba melakukan
penelitian. Mencari tahu apakah yang menyebabkannya dan juga
mengimplementasikan bagi perubahan ‘kemajuan’ manusia. Kemudian dia mendirikan
pelatihan untuk itu.
Tanpa pengulangan, hukum tarik
menarik tak akan mungkin terjadi. ‘The Law of Repetition’ memegang peranan penting. Menurut Haikal Hasan. Tanpa itu, otak
tak akan sampai pada level genius dan otot tak akan sampai pada level refleks
istimewa sisi kecepatan dan akurasinya. Inilah kekuatan hukum pengulangan yang
di usungnya. Kemudian menjadikan dirinya seorang ‘motivator’ dan seorang ‘trainer’
handal dengan mengusung hukum ini.
Hukum Pengulangan sudah diperkenalkan
nabi Ibrahim, dia mengulang ulang terus apa saja yang dilihatnya. Dia melihat
bulan, kemudian bertanya apakah itu Tuhannya?. Dia melihat matahari, kemudian
dia bertanya, apakah itu Tuhannya?. Otak di latih terus untuk berfikir. Akal
terus di kejar untuk mendapatkan jawaban. Pertanyaan diulang dan diulang lagi
untuk mendapatkan pemahaman.
Ketika konsep Law of Repititon ini di sodorkan ke jaman
sekarang. Oleh Haikal Hassan. Mengapa manusia menjadi euforia, seperti
menemukan sebuah hukum baru. Setelah euforia The Secret karya Rhonda Bryne dan The Law of Attraction karya Michael Losier. Padahal
setelah orang-orang mengikuti training model seperti ini, tetap mereka belum
menemukan apa yang mereka cari. Pembentukan karakter ‘building’, perilaku
dan akhlak, bukanlah pekerjaan mudah. Namun setidaknya, dengan mengusung hukum
ini, bukunya dan jualannya menjadi laris manis. Sebab hukum pengulangan memang
benar keadaannya.
Konsep syariat seluruhnya menggunakan
hukum pengulangan. Merupakan kebiasaan saja bagi umat Islam. Begitu juga
pemahaman hakekat. Akhlak dan perilaku kita di bentuk dalam sebuah proses ‘peribadatan’ yang keras dan panjang
dengan berulang-ulang, bahkan ribuan kali, bahkan tanpa henti. Melalui
penggemblengan ‘laku’ lahir dan batin, sholat, puasa, zakat, serta
dzikir yang berkesinambungan, dan lain sebagainya.
Pengelolaan hati di lakukan di system
mengulang dan mengulang, melakukan afirmasi dan proses berfikir dengan
benar. Bukan suatu hal yang ‘sim
salabim’. Dilakukan dalam satu tekad yang disebut yaitu ‘istikomah’. Itulah yang dilakukan para
pendahulu kita kaum arif dan sholeh, para ahli ibadah. Pekerjaan kita, yang
kita jalani juga membutuhkan pengulangan-pengulangan, sehingga menjadi gerak
refleks kita. Semua aktifitas ketubuhan kita hakekatnya adalah (seharusnya) ‘pengulangan’ yang terencana dengan
baik. Sehingga menjadi mampu ‘ber efek’ kedalam perilaku akhlak kita.
Begitulah kita, sungguh umat Islam
memiliki khazanah intelektual luar biasa. Begitu kaya sekali. Namun senantiasa
semua kita abaikan saja. Kita anggap sepele saja. Kita baru tersadar ketika
konsep-konsep tersebut diangkat ke permukaan, diberitakan dengan cara-cara luar
biasa. Kemudian kita tergopoh-gopoh mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah
untuk mengikuti ‘training’-nya. Padahal yang dilatih dan di ajarkan mereka,
hakekatnya adalah keseharian kita umat Islam. Sesuatu yang ‘biasa’ saja. Begitu
hebat ‘jualan’ mereka.
Maka kita perlu mengkaji, mengapa
bisa terjadi dalam ‘ranah’ spiritual Islam itu sendiri. (Mengapa) Syariat kita
menjadi ‘kering’ makna. Ibarat tikus mati di lumbung padi. Itulah ibarat kita
umat Islam. Sibuk mencari di luar dirinya. Sementara dekat dengannya banyak
makanan bergizi. Begitu lengkap khazanah yang ditawarkan Al qur an,
sayang kita tidak pandai mengungkapkannya. Kita tidak tahu
kalau kita tahu. Inilah
ironinya.
Karenanya
sekarang ini, diharapkan kita lebih
memperhatikan lagi, dan memasuki di kedalamannya, atas apa-apa yang
sering diulang-ulang oleh Al qur an, sebagaimana symbol-symbol dalam
kajian kita ini. Sehingga kita semua mampu mencapai keadaan ‘hal’ sebagaimana
yang di maksudkan dalam Al qur an tersebut. Inilah pemikiran yang di hantarkan, sejauh kajian ini terus di usung.
Afirmasi berfikir dan
kesadaran
Teknologi ilmiah komputer Amerika
serta ahli dari Asosiasi Spesialis Komputer Inggris (MACP) dan juga Pelatih dan
Pelaksana Senior Sertifikasi Program Bahasa Internasional. Melalui penelitian
lebih dari sepuluh tahun, mereka berhasil menggunakan teknologi komputer untuk
membangkitkan fungsi potensial dari otak manusia.
Melalui teknik “Genius Mind”, pelatihan ini disebarluaskan; yang dinamakan dengan “Metode Belajar Midbrain”. Berdasarkan
penjelasan para ahli, setelah midbrain diaktifkan, midbrain akan dapat
mengeluarkan gelombang otak untuk merasakan dan bereaksi terhadap benda-benda
diluar. Dapat dikatakan juga bahwa dengan menutup mata, masih dapat mengenai
benda-benda, huruf, warna dan lain sebagainya. Jadi, dengan pelajaran dan
pelatihan selama satu setengah hari, akan dapat membantu anak “melihat” dengan menutup mata.
Jauh sebelum method ini diketemukan,
nabi Ibrahim telah menemukan methode Ihsan. Melalui pengajarannya ini manusia akan mampu melihat, jauh
menembus batas kesadaran alam materi. Tinggal bagaimana umat nabi Ibrahim mau
atau tidak menggunakan kemampuan yang sudah inheren di dalam diri manusia itu.
Mari kita ilustrasikan yang lebih
dekat dengan keseharian kita. Pernah belajar menyupir mobil?. Nah, keadaannya
mendekati. Ketika kita baru belajar, maka sulit bagi kita untuk menguasai
seluruh bodi mobil yang lebih besar dari ketubuhan kita.
Kita luaskan kesadaran kita ‘seakan-akan’
meluas meliputi seluruh ‘body’ mobil. Ketika kita sudah mampu meliputi
‘body’ mobil maka kita sudah berani mengendarai mobil tersebut. Seakan-akan
badan mobil tersebut menjadi badan kita sekarang, kita mampu bersimpangan,
berkelit, menghindar , dll. Pendek kata body mobil tersebut
berada dalam liputan kita. Karenanya apa yang terjadi pada body mobil, akan
terasa oleh kita. Coba saja saat terkena lubang
yang mengaduh bukan mobilnya, tapi diri kitalah yang mengaduh. Kita menjadi
seorang yang ‘experience’. Disitulah kesadaran ‘mim’ bekerja.
Sesuatu keadaan yang diafirmasikan dengan kesungguhan dan
dengan keterjagaan, (kewaspadaan) dalam kesadaran kita, maka keadaan tersebut
menjadi sebuah ‘realitas’ bagi kesadaran kita. Dan dalam keadaan itu dengan itu
(mim) kita akan mampu meliputi seluruh keadaan yang dimaksudkan.
Misalnya perumpamaan belajar mobil tadi. Hal ini bisa kita
luaskan diri kita, misalnya dalam sebuah kamar. Kita akan mampu mendeteksi
benda-benda yang ada di seluruh ruangan tersebut. Meskipun kita nanti berada di
luar ruangan. Keadaan di dalam ruangan tersebut sudah menjadi bagian dari
kesadaran kita. Kita akan merasakan seluruh keadaan di dalam kamar tersebut.
Maka jika ada satu barang yang tidak pada tempatnya. Kesadaran kita akan mengenalinya.
Benda-benda di dalam ruangan tersebut
senantiasa akan terus berada di dalam kesadaran kita, berada di ruang dan waktu
yang selaras dengan kesadaran kita. Jika ada yang memindahkan letak benda
tersebut kitapun mampu merasakannya. Kemampuan ‘mim’ akan menjadi seperti itu,
jikalau kita manusia memahami apa yang diisyaratkan Al qur an.
Pemahaman pengantar inilah, yang saya coba
usung, untuk lebih ‘membumi’ kan makna hakekat ‘Mim’, entitas yang paling banyak mendapatkan porsi pengulangan di
dalam symbol Al qur an.
Mim akan bekerja sebagaimana ‘ilustrasi’
tersebut. Kesadaran ‘mim’ mampu kita perluas hingga keluar
dari diri kita, menyapu seluruh benda-benda yang ada disekitar kita, sehingga
kita mampu meyakini keberadaan benda tersebut dengan ‘haqul yakin’. Kesadaran ‘mim’ yang diolah terus menerus
akan mampu menyapu dan meliputi alam semesta, akan mampu bersama Ha bertasbih kepada Tuhannya. Dengan
keyakinan yang sempurna yangtidak menyisakan ruang keraguan sedikitpun, yang
akan menjadi celah bagi syetan dan Iblis menggoda. Disanalah makom ‘Ikhlas’, yaitu makom para ‘muhklasin’.
Kekuasaan para raja dan
kesaktian manusia
Kembali menjawab pertanyaan
dimuka. Mengapakah dalam banyak hal, symbolisasi ‘mim’ selalu di sertakan. Sebab
‘mim’ lah yang senantiasa menjaga ‘keberadaan’ benda tersebut,
kemanapun benda tersebut berada akan mampu dirahsakan ‘ke-ada-an’ nya. Inilah
yang membedakan entitas ini dengan lainnya.
Seluruh entitas alam semesta akan
selalu bergantung kepada ‘mim’ agar terus terjaga ‘ke-ada-an’nya dalam kesadaran manusia. Miim
inilah yang mewakili Allah di alam semesta ini, mewakili Haa dalam keberadaan
di dunia matery. Maka Haa tidak mungkin tampil di bumi, jika ada miim disitu.
Inilah keterkaitan Ha dan mim. Menjadi tugas mim untuk menjaga keberadaan entitas
alam semesta tetap dalam kesadaran manusia. Perbedaannya adalah, jika Haa sudah
sejak mula sebelum terbentuk (kabut) sudah ber-Islam. Sementara miim diberikan
kebebasan untuk ber-iman ataukah kafir, itu saja.
Keberadaan alam semesta di ciptakan
untuk manusia. Maka karenanya, semua entitas akan selalu berhubungan dan
berkaitan dengan ‘mim’. Maka
pemahaman ini akan menghantarkan, mengapakah Shaad kemudian disandingkan dalam satu rangkaian symbol :
“Ikutilah
apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti
(pemimpin-pemimpin) selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya).” (QS. 7:3)
Setiap diri manusia yang di anugrahi shaad, maka dirinya akan sebagaimana
magnet, mampu menarik, materi lain melingkupi dirinya. Dia akan menjadi poros
perputaran matery , harta seakan-akan seperti mudah saja di dapatkannya.
Kekayaan akan mengitari, mengelilingi dirinya terus menerus, tiada putus.
Dirinya menjadi poros energy itu sendiri, harta seperti bumi yang senantiasa
mengikuti matahari.
Jika ‘shaad kekuasaan’ yang dimilikinya, maka dirinya seperti dengan mudah saja,
mengendalikan orang lain. Kekuasaan seperti hanya sebuah mainan bagi dirinya.
Apa yang diucapkannya akan menyebabkan ketundukan dan kepatuhan bagi
mansuia-manusia lain. Dan sesuatu yang sulit di katakan, seperti kharisma,
kewibawaan, ada unsur segan, takut, penghambaan dan lain sebagainya. Maka
orang-orang akan selalu mengitari dirinya. Maka dengan mudahnya dia menjadi
pemimpin, menjadi Raja yang berkuasa, dan lain sebagainya.
Jika shaad yang dimilikinya adalah berupa kesaktian, yaitu sebuah kekuatan
yang dapat menundukan matery alam semesta, angin, api, energy alam dan
sebaginya. Maka dia akan dengan mudah mengelola unsur-unsur alam sebagai pendukung
kesaktiannya. Dirinya seperti dengan mudahnya memerintah kekuatan alam untuk
kepentingannya sendiri. Menundukan jin, syetan, angin, awan, api dan lain
sebagainya adalah sepenggal kisah yang diceroitakan di dalam Al qur an yang
dimiliki para nabi-nabi.
Banyak sekali shaad-shaad yang tersebar di alam semesta ini.
Shaad atas ilmu, shaad atas bahasa, shaad atas seni, dan lain sebagainya.
Shaad yang akan diturunkan kepada
manusia-manusia yang dikehendaki-Nya.
Dan juga ‘Shaad’ yang terserak di batu, di angin,
di air, di api, di bumi, di langit,
di hewan, di tanaman, di alam ghaib, dan berada dimana
saja, menjadi rahasia alam itu sendiri.
Shaad ini hakekatnya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah atas makhluknya.
Bahwa seluruh bumi dan isinya, seluruh langit dan yang berada di dalamnya.
Berada dalam kekuasaannya, mereka akan diperintahkan kemana saja, yang Allah
kehendaki. Maka shaad ini hanya patuh
saja. Diberikan kepada yang kafir shaad ini juga patuh, di berikan kepada
manusia beriman dia juga menurut saja.
Maka bagi kaum muslimin diharapkan tidak terpukau dengan
adanya shaad yang dimiliki oleh orang-orang ini.
Baik yang di miliki dia sebagai Raja, sebagai orang sakti, sebagai orang kaya,
dan lain sebagainya.
“Ikutilah apa yang
diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. 7:3).
Begitulah yang di pesankan Al qur an.
Dapat kita perhatikan dengan seksama,
bahwasanya Al qur an senantiasa berkata kepada kaum yang berkuasa dan kaya,
yang memiliki shaad-shaad ini. Mereka kaum cerdik
pandai di setiap jamannya. Bangsa-bangsa yang memiliki kekuatan dan kekuasan
besar. Kaum yang memiliki shaad atas mereka.
Sehingga perkataan mereka akan diikuti lainnya. Merekalah yang memeiliki massa
besar di setiap jamannya. Namun mereka kaum yang senantiasa menyalah gunkan
atas ‘shaad’ yang di amanahkan atas mereka itu.
Dan
orang-orang yang di atas A’raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang
kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya
dengan mengatakan: “harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu
sombongkan itu, tidaklah memberi manfa’at kepadamu”.
(QS. 7:48)
Kita akan (hanya) sedikit saja
mengambil pelajaran dari orang-orang yang diberikan shaad ini, sebab kejadiannya,
banyak dari mereka, malahan berpaling. Kisah-kisah para pemimpin, para
Raja, para kaum yang berkuasa di dalam Al qur an adalah menceritakan perihal
ini. (Yaitu) orang-orang yang sudah diberikan kelebihan shaad kepada mereka, namun mereka akhirnya menyekutukan Tuhan mereka.
Membunuhi para nabi yang berusaha mengingatkan mereka akan hal ini.
Hukum alam dalam formulasi
Pernahkah kita bayangkan sebelumnya,
jika uranium adalah salah satu materi yang memiliki shaad?. Berapa banyak saja materi-materi
yang tidak kita ketahui yang di dalam dirinya telah termuat ‘shaad’. Pernahkan terbayangkan juga
bahwa emas, intan, berlian dan semua perhiasan lainnya, adalah
materi-materi yang memiliki ‘shaad’. Adalah sebuah kekuatan yang mampu
menarik ‘mim’.
Kekuatan ‘cahaya’ yang berasal dari Alif, menjadi energy dan informasi, kemudian mengalami difraksi,
menjadi kekuatan-kekuatan lainnya, semua kekuatan tersebut memang di maksudkan
untuk menarik ‘perhatian’ mim, agar dengan ‘kekuatan’ yang ada
pada diri mereka sang ‘miim’ tetap berada di dekat mereka.
Itulah sunatullohnya.
Sayangnya ‘shaad’ yang di berikan kepada suatu kaum, suatu golongan, kepada
perseorangan, kepada ilmuan, kepada kaum cendikia, kepada raja dan lain
sebagainya. Banyak yang membuat mereka lupa dan sombong. Mereka berbuat aniaya,
berbuat merajalela, sehingga karenanya diturunkan para nabi untuk mengingatkan
mereka semua.
Perhatikanlah di sepanjang surah Al
araf ini, banyak dikisahkan para Nabi dan Rosul yang diutus untuk mengingatkan
kaumnya masing-masing , dari Nabi Nuh, Shaleh, Luth, Huud, Syuaib, Musa
dan harun, serta Muhammad. Kesemuanya di maksudkan agar manusia-manusia yang
diberikan kelebihan ‘shaad’ mereka menunaikan amanah ‘shaad’ yang dimilikinya
untuk kemuliaan akhlak manusia itu sendiri.
Merekalah kaum yang diberikan ‘shaad’, yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan masa, dalam
mempengaruhi mansuia lainnya. (Yaitu) dengan ‘shaad’ ini mereka memiliki ‘daya’ agar manusia lainnya, tunduk
dan senantiasa mengikuti kemauan mereka. Bahkan diantara mereka juga
memiliki ‘shaad’ yang mampu membangkitkan energy alam. Padahal sesungguhnya ‘shaad’ yang dimilikinya harus di
gunakan untuk mengajak umat manusia menyembah kepada Allah.
Dan
ingatlah olehmu di waktu Allah menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang
berkuasa) sesudah kaum A’ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan
istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya
untuk dijadikan rumah maka ingatlah ni’mat-ni’mat Allah dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi membuat kerusakan. (QS. 7:74)
Banyak sekali hal yang kita bisa
eksplorasi dari pemahaman ‘shaad’ ini. Dari yang paling
sederhana hingga yang paling ekstreem. Apa yang dikisahkan di dalam Al qur an
nyatanya banyak yang sudah bisa di wujudkan di era tekhnology sekarang ini.
Jika kita pernah melihat film ‘Iron Man’. Dari manakah Iron Man mendapatkan
energynya?.
Sebuah terobosan pemikiran yang
menurut penulis luar biasa. Ide membuat sumber energy dari system sebagaimana
bekerjanya bumi. Bumi (seakan) di mampatkan di buat miniaturnya dalam
sebuah Bola Kristal, di dalamnya
ada kutub utara dan selatan magnet. Bola Kristal ini mampu berhubungan dengan
alam semesta, yang diatur dari dalam dada manusia (si Iron Man).
Ketika kutub utara dan selatan diatur
sedemikian rupa terjadi perbedaan tekanan maka akan ada pergerakan angin yang
dapat di gunakan untuk energy, semua terjadi melalui bola Kristal ini.
Wow…fiksi ilmiahkah?. Semisal itukah nanti manusia akan menciptakan alternatif
energynya?. Mungkin saja, sebab semua energy dan informasi berasal dari Alif,
yaitu cahaya itu sendiri. Cahaya tersebut akan memeberikan informasi bagaimana
system energy di alam semesta di tata laksanakan. Wolohualam.
Silahkan sidang pembaca memaknainya.
Pernahkah kita pikirkan bahwa Hp adalah permisalan seperti itu. Dahulu manusia
mampu berkomunikasi dengan ‘batin’.
Melalui ruang ‘thaa’ kepada manusia lain, di seberang benua lain. Melalui
pengolahan jiwa (miim), yang disamakan frekuensinya.
Sekarang ini cukup dengan 500 rb, kita sudah mampu berkomunikasi jarak jauh.
Sebuah terobosan teknology, yang memang difasilitasi di dalam Al qur an itu
sendiri.
Makna hakekat symbolisasi di dalam Ayat Al qur an senantiasa
bermakna ganda, baik petunjuk untuk keselamatan manusia di akhirat, yaitu
bagaimana manusia seharusnya mengolah ‘mim’ untuk menuju kepada ‘Nun’, (untuk bahasan ini akan di perdalaman dalam kajian symbol Amin), ataupun untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia itu di
dunia. Symbol-symbol yang bila mampu di ungkapkan akan menjelaskan bagaimana
system bekerjanya energy, sehingga dengan pemahaman tersebut, manusia mampu memanfaatkan
energy alam semesta yang ‘reversible’, energy yang ramah lingkungan.
Sebagaimana angin yang bertiup di alam semesta ini. Sebagaimana matahari yang
bersinar di bumi ini.
No comments:
Post a Comment