7. KAJIAN SIMBOL ‘Ha Mim’
Haa
Miim (QS.
46:1, 45:1, 44:1, 43:1, 42:1, 41:1, 40:1)
Begitu
runut symbol ‘Haa Miim’ yang secara berturut-turut
disajikan Al qur an dalam (menjadi) satu rangkaian ‘pemahaman’ dari surah
40 s/d 46.
Rangkaian
yang menempatkan symbol Haa Miim Oleh: Arif Budi Utomo menjadi ‘sentral‘ komunikasi dalam kedudukannya tersebut, sejauh
keinginan kita untuk memaknai hakekat yang ingin dikomunikasikan Al qur
an itu sendiri kepada kita.
Bila kita
kaji secara perlahan (pada) setiap surah, kita akan menangkap pesan (esensi)
adanya suatu informasi perihal sifat-sifat ketuhanan (Allah), yang
merupakan sifat absolut.
Disini ada
suatu transfer kesadaran dari Kesadaran Universal Kepada Kesadaran diri .
Menjadi sebuah ‘renungan’ hubungan ‘Hamba dan Kholik’.
Agar ‘Hamba’ menyadari kedudukannya sebagai ‘hamba’, dan secara sadar ‘mengakui’
kekuasaan ‘Kholik’ dengan keagungan
nama (Asmaul Husna) yang meliputi diri-Nya.
Kesulitan
bahasa
Saya cuplikan diantara pesan-pesan yang ingin
disampaikan-Nya adalah :
Kepunyaan-Nyalah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Besar. (QS. 42:4)
Hampir
saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Rabb) dan
malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya dan memohonkan ampun bagi
orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah,
bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. 42:5)
Dan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan
kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. (QS. 42:6)
Pesan ini mampu dibaca otak kita, dan
akal, kita mengerti. Kemudian dengan ilmu pengetahuan kita berusaha memahami.
Namun seringkali kita terbentur kesulitan untuk memahami atas ‘esensi’ apa yang ingin disampaikan Al
qur an Akal manusia tidak mampu kesana, sebab ‘wilayah’ yang diperbincangkan ini adalah diluar alam materi.
Kesulitan dalam tata bahasa inilah
yang menghijab manusia untuk masuk kepada ‘esensi’
yang ingin disampaikan agama. Hakekat ‘siapa’kah jati diri manusia yang
senantiasa diajak berkomunikasi oleh Al qur an (sebab terhijab dimensi-dimensi
di luarnya). Menjadi kesulitan tersendiri bagi ‘jiwa’ untuk mengerti makna yang
ingin disampaikan selanjutnya.
Maka Al qur an menggunakan bahasa
symbolisasi Haa dan Miim untuk langsung menunjuk kepada ‘esensi’ , atas ‘SIAPA’
kah sang ‘PENYAMPAI’ (Ha) yang senantiasa terus ‘berkomunikasi’ seperti layaknya
‘pemancar operator seluller’, yang sedang berkomunikasi dengan (Mim) yaitu entitas ‘SIAPA’ kah
sang’ PENERIMA’ yang bertindak
seperti layaknya ‘receiver’ penerima Hp. (Yaitu) Sebuah transfer kesadaran, dari ‘kesadaran Universal (Ha)’ kepada ‘kesadaran diri (Mim)’.
Untuk lebih mempertegas apa yang saya
maksudkan. Maka saya perlu menyandingkan beberapa ilustrasi untuk memudahkan
penyampaian ‘pemahaman’ saya, sebab banyak sekali ‘pemahaman’ yang tidak diakomodasi dalam tata bahasa manusia.
Semisal Hp yang sudah di ‘built in’ dengan SIM card
operator tertentu, maka jika SIM card di tukar Hp tersebut tidak akan mampu
menerima pesan dari operator awal tadi. Jika kita ingin berkomunikasi, maka mau
tidak mau kita harus tetap mengunakan SIM card asli, sebab pasti SIM card
lainnya tidak akan mampu di baca oleh system yang ada di Hp tersebut. Ketika
Sim card sdlr kembali dipasangkan maka kitapun selanjutnya juga dapat
dihubungi oleh operator-operator lainnya.
Begitulah keadaan dalam tubuh kita.
Tubuh kita sudah di ‘built in’
dengan SIM card tertentu
sehingga akan mampu berkomunikasi (silatun) dengan Sang Pencipta, dan juga akan
selaras dan akan mampu berkomunikasi dengan alam semesta. (Yaitu)
berkomunikasi dengan Kesadaran Universal.
Namun kejadiannya, manusia sendiri
lah yang senantiasa mengganti Sim
card nya di dalam dirinya masing-masing. Sehingga manusia ‘kehilangan kemampuan berkomunikasi’
(baca; silatun) dengan Tuhannya, manusia menjadi tidak mampu
berkomunikasi dengan alam semesta, dan manusia juga tidak bisa berkomuniksai
dengan makhluk-makhluk lainnya. Bahkan manusia menjadi kesulitan juga saat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Maka kita dapati manusia menjadi
bergolong-golongan. (Bahasa komunikasi ini selanjutnya akan di ulas dalam
Symbol ‘Tha Sin’).
Entah manusia yang tidak tahu,
ataukah manusia yang memang tidak mau tahu, akan hal ini. Maka symbol ‘Ha Mim’ ini mengingatkan kita untuk itu. Dan kajian ini mencoba membuka
tabir yang melingkupi symbol tersebut.
Menjadi
kajian manusia sepanjang peradaban. Menjawab pertanyaan, mengapakah manusia
sulit silatun (kusyuk) saat menghadap Tuhan?. Sebab manusia telah menyengaja
menukar ‘Sim card’ nya sendiri.
Sehingga bahasa apapun yang disampaikan Tuhan kepadanya tidak mampu
diterimanya. Inilah analogy yang ingin saya sampaikan kehadapan sidang pembaca.
Manusia tidak mau kembali menggunakan
‘SIM card’ aslinya. Ibadah yang dilakukannya tidak membekas di dalam
jiwanya. Sehingga apa saja yang ibadah yang dilakukannya tidak
mampu memperbaiki akhlaknya. Mengapakah sholat-nya tidak mencegah perbuatan
keji dan mungkar?. Mengapakah manusia tetap melakukan korupsi meskipun dia
mengaji sepanjang hari. Sebab manusia
tidak menggunakan ‘Sim card’ aslinya. SIM card yang sudah dibuatkan (disusupkan) Tuhan kepada dirinya. Sejatinya sudah ‘built in’ di dalam dirinya namun
diabaikannya, diganti dengan lainnya. Maka
dia akan sulit mengakses Kesadaran Universal, kesadaran yang akan senantiasa
membantunya memilah ‘benar’ dan ‘salah’.
SIM card inilah pendekatan analogy
yang saya gunakan untuk memahami Mim.
(Semoga Allah mengampuni diri ini dan menunjukkan
perumpamaan yang lebih baik lagi dalam upaya mendekati ‘hakekat’ keadaan
yang sebenarnya).
Lebih jauh memahami ‘Mim’
Sekali lagi saya akan menggunaan
analogy, untuk memahami hakekat yang lebih dalam dari makna Mim, selain analogy SIM card tadi. Sebuah kejadian sehari-hari yang
mungkin luput dari pengamatan kita;
Pernahkah anda ketinggalan Hp saat
berangkat kerja?.
Apakah yang anda ingat ?. Lintasan
apakah yang melekat dalam diri anda ?.
Ingatan anda tiba-tiba saja berkelebat, membayangkan sesuatu,
sangat kuat sekali melekat, anda perlu Hp anda, ada sesuatu yang hilang dalam
diri anda. Anda sadari keadaan itu. Semakin anda masuki maka anda akan terus
mencoba mengingat-ingat dengan segenap ‘daya’. Semakin terasa, ada sebuah
keyakinan kuat bahwasanya Hp anda tertinggal di meja. Inilah ~ Kesadaran diri.
Anda sadar kalau ada sesuatu yang terlupa..
Anda sadar kalau anda butuh Hp ..
Anda sadar kalau anda sesuatu yang hilang..
(sebab Hp sudah menjadi bagian hidup anda,
maka tidak adanya Hp menjadikan ada sesuatu yang hilang)
Maka anda
sudah mengenali yang saya maksudkan ~ KESADARAN !
Inilah
entitas yang menyelimuti SIM card manusia.
Ilustrasi
ini masih belum lengkap, maka saya usung sebuah ilustrasi lagi ;
Pernahkan anda ketika sholat tiba-tiba ada lintasan ‘kunci
mobil’ yang hilang..?. (Meskipun anda tidak menghendaki).
Lintasan ini begitu kuat seperti
lengket dalam kesadaran anda. Ketika lintasan ini kita masuki lebih dalam,
ingatan anda membawa kepada suatu keadaan yang terus seperti frame yang berjalan,
kejadian demi kejadian seperti terpampang dengan jelasnya. Kesadaran kita terus
melekat kepada ‘objek berfikir’ yaitu
‘kunci mobil’.
Namun ketika sholat ada lintasan lain
yang tiba-tiba menyeruak datang. Dan mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan adalah
tidak benar. Lintasan yang menjadi penentang ‘keliaran’ pikiran tersebut.
Lintasan yang membedakan antara yang ‘benar’ dan ‘salah’.
Entitas yang mampu memahami dan mengerti mana yang benar dan
mana yang salah inilah yang saya maksudkan dan selanjutnya saya sebut sebagai ~KESADARAN DIRI !.
Entitas ini tahu
yang benar dan salah. Entitas inilah yag selalu mengingatkan diri kita atas
apa-apa yang sedang kita lakukan.
Entitas inilah
yang senantiasa mengajak dialog dengan seluruh instrument ketubuhan kita.
Selalu mengajak untuk berfikir mana yang benar dan mana yang salah. Dan Dalam Al qur an entitas ini
dikenal sebagai ~ BASHIROH !.
Keseluruhan
pemahaman inilah yang saya usung menjadi kesatuan dalam satu pemahaman symbol Mim !.
Entitas yang di symbolkan ‘Mim’ inilah entitas yang menyelimuti ruh. Menjadi kesatuan pemahaman
di dalam entitas ‘Min-ruhi’. (Lihat QS
Al hijir 28-29).
Maka Mim adalah entitas ‘kesadaran sejati’ di dalam diri
manusia yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mengakses seluruh informasi
di alam semesta. Karenanya kepada Mim inilah Al qur’an senantiasa berdialog.
Kesadaran Universal (Ha) ingin selalu mentransformasikan seluruh informasi
kepada Mim. (Yaitu) Entitas yang
memiliki kemampuan dan kapasitas paripurna untuk mengakses seluruh pemahaman
atas pemahaman sang ‘Kesadaran Universal’. Entitas inilah yang diisyaratkan yang sanggup ber-komunikasi (silatun) dengan
Tuhan, dengan alam semesta, dan dengan seluruh kehidupan yang ada di muka
bumi ini.
Karenanya berita-berita Al qur an
senantiasa menggugah, akal, kesadaran, dan seluruh instrument ketubuhan kita
untuk hanya membiarkan ‘Mim’ yang ber komunikasi sebab hanya entitas inilah yang
mampu berkomunikasi. Manusia agar menyingkirkan ‘ego’nya. Membiarkan ‘fitrah’
ini berjalan sebagaimana semestinya. Begitulah yang disiyaratkan Al qur an.
Dalam filosofi ‘SUJUD’ Alam
semesta bertasbih
Alam semesta memiliki
kesadaran, (yaitu) Kesadaran yang kita sebut sebagai ‘Kesadaran
Universal’. Adalah kesadaran ber-Islam yang di-ikrarkannya, dari
semenjak awal dirinya masih belum terbentuk sebagaimana keadaannya seperti
sekarang ini. Diri mereka masih berupa asap (dukhan).
Kesadaran ini yang menjadi pusat
kosmos (Makrokosmos). (Ketika) sebuah pilihan telah diambilnya keduanya.
(Ketika) kepada langit dan bumi ditanyakan apakah akan menurut perintah-Nya
dengan suka hati (berserah – Islam) ataukah terpaksa.
Dan keduanya memilih ber-Islam.
memilih mengikuti dengan sukarela dan dengan senang hati mereka akan datang
mengikuti perintah (perjanjian) dengan Tuhannya. Kesadaran inilah yang saya
maksudkan sebagai ‘Kesadaran Universal’ – Makrokosmos
‘ber-Islam’.
Dan dapat kita lihat Manifestasi dari ‘sujud’ mereka
(ber-serah) adalah sebagaimana ‘gerak’
alam semesta. Gerak yang menuju ‘pusat’ sebagaimana ‘gerak tawah’ saat
ber-haji dan sebagaimana ‘gerak’ planet dalam tata surya dan juga
sebagaimana gerak galaksi. Itulah sujud alam semesta. Mereka
sangat ‘patuh’ untuk itu. Dan sejalan dengan itu, alam semesta juga terus
ber tasbih.
Kemudian
Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”
(QS. 41:11)
Inilah pemahaman yang ingin
saya sampaikan dengan ber-ulang-ulang, sebagaimana keadaannya.
Dan pemahaman universal ini , ingin
di transformasikan kepada ‘Mim’, (yaitu) Kesadaran Mikrokosmos. Sebab Mikrokosmos adalah bagian dari
Makrokosmos. Sehingga menjadi sangat
‘berbahaya’ bagi manusia jika tidak mengikuti ‘Kesadaran’ Makrokosmos
(Universal)’. Di dalam tubuh manusia itu sendiri akan terjadi ‘Turbulensi’. Inilah yang ingin selalu diingatkan sang
kesadaran Universal (Ha) kepada Mim.
Maka dapat di pahami (sebab
dikarenakan Kesadaran Diri begitu berpilin-pilin dan terhijab) Al qur an
menempatkan ‘porsi’ lebih mengenai berita ini. Lihatlah sepanjang
surah 40 s/d 46. Entitas Ha terus mentransformasi ‘Kesadaran Universalnya’ agar ‘(Mim) mengerti tasbih (Ha)’. Dan agar (Mim) seperti dirinya (Ha), yang selalu dalam pengakuan atas
keagungan-Nya. Ber tasbih atas Nama-nama-Nya (AsmaulHusna) .
Lihatlah bagaimana rangkaian runut
informasi yang senantiasa terus di komunikasikan. Agar Mim (jiwa) manusia mengerti dan memahami ‘kedudukan’nya. Kedudukan dirinya sebagai ‘hamba’ sebab sebagaimana
(Ha) yang tunduk, meskinya Mim juga harus tunduk dan berserah diri dan menganggungkan nama-Nya.
Maka di sepanjang surah (QS. 40 s/d 46), banyak diperkenalkan
nama-nama-Nya (Asmaul Husna) kepada Mim.
Mim juga semestinya harus
sujud
Manifestasi atas bentuk sujud (Mim) adalah dalam sholat.
Maka ~ Mengapa sholat menjadi penting dalam ajaran ber-serah (Islam). Sebab sholat adalah bentuk ‘ritual’ yang menyelaraskan ‘sujud’ Mim dengan sujud Ha. Harmonisasi antara Makrokosmos danMikrokosmos.
Subhaana
rabbiyal azhim (3x) (“Maha Suci Tuhanku Yang Maha
Agung”)
Subhaana
rabbiyal a’la (3x) (Mahasuci Tuhanku Yang
Maha Tinggi)
Dalam sujud Mim akan bersatu bersama-sama Ha untuk tunduk,
ber-serah diri secara total dalam penyadaran diri sebagai hamba. Adalah
manifestasi peng-hamba-an diri Ha Mim kepada Sang Kholik, dalam sebuah harmonisasi. Mim akan menyadari keberadaan dan kebersamaan Ha dan demikian juga sebaliknya, keduanya bersama-sama sujud
kepada-Nya.
Dengan kata lain, Alam akan merespon apa yang di komunikasikan
Jiwa manusia demikian halnya jiwa manusia pun akan mampu merespon apa
yang di komunikasikan alam sebuah hubungan yang harmoni. Begitu sempurnanya
hubungan Ha dengan Mim. Dan mereka bersama-sama mereka sujud kepada
Allah.
Bersama-sama
mengagungkan nama-Nya.
Bersama-sama
menjadi saksi Tuhan yang Maha Suci dan Maha Agung.
Bersama-sama
menjadi saksi Tuhan yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Maha Tinggi akal dan Budinya (dalam) dan di setiap ‘gerak’ (makhluk) yang diciptakan-Nya
disana di dalamnya penuh kesempurnaan. Maha Agung Sifat dan
Perbuatannya. Selalu dalam kesempurnaan. Tiada cacad dan cela.
Kami tiada
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan
orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
(QS. 46:3)
Maka ketika Mim mengamati ketubuhannya, dia akan mampu dengan tulus mengucapkan
pujian-pujian saat ruku’ dan sujud tersebut (yang diajarkan oleh nabi).
Ha dan Mim akan sujud dan tunduk memahami semua itu. ‘Ha Mim’ akan sujud bersama-sama dalam
harmonisasi alam semesta. Inilah hakket symbol ‘Ha Mim’ yang menjadi keyakinan penulis.
Maka karena itu janganlah kita
menjadi orang yang berpaling (kafir) sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah
(46;3). Maka Mim seharusnya memahami hal ini. Sebab
dia-lah yang tahu baik dan benar. Mengapakah Mim bersembunyi di balik ‘raga’, asyik terlena dalam kehidupan
dunia. Lupa kepada tugasnya, menjadi saksi-NYA, sebagaimana ‘perjanjian ikatan suci’ yang telah dibuatnya
sendiri. (Lihat kajian Ya Sin).
Maka Al qur an senantiasa
menceritakan perumpamaan symbol ‘Ha Mim’, (yaitu) bagaimana harmonisasi
alam semesta. Agar diantara mereka mampu berkomunikasi dengan selayaknya. Harmonisasi
‘Makrokosmos dan Mikrokosmos’. (Bagaimana selanjutnya keduanya saling ber transformasi
informasi). Senantiasa menjaga kesadaran alam semesta. Demi keagungan-Nya.
Al qur an menceritakan ber
ulang-ulang agar manusia mengerti, dengan entitas apa dia mesti ber-komunikasi. Namun
sekali lagi, manusia sendirilah yang mengganti Sim card mereka sehingga Mim tidak mampu
berkomunikasi dengan Ha. Sungguh manusia senantiasa dalam
keadaan merugi karena hal ini. Maka bagaimanakah Mim mampu menerima pesan-pesan
Al qur an yang disandingkan diatas (yang) mengawali kajian
ini.
Saya cuplikan lagi pesan-pesan
lainnya untuk mengingatkan Mim sekali lagi, diantaranya
pesan-pesan yang ingin disampaikan-Nya adalah sebagaimana dalam
firman-Nya :
Rabb Yang
memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu
adalah orang yang menyakini. (QS. 44:7)
Tidak ada
Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan.(Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. (QS. 44:8)
Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan, (QS. 44:9)
Inilah isyaratnya, bahwa telah ditegaskan, diri kita
akan senantiasa dalam keraguan. Kita terhijab. Maka sebaiknya kita
senantiasa memohon pengajaran-Nya.
⏩ Bersambung ke episode 8
https://samudrasimbol1.blogspot.com.au/2018/02/episode-8-kajian-simbol-yaa-siin.html
Kesadaran Universal (Haa) ingin selalu mentransformasikan seluruh informasi kepada Miim. Al qur an senantiasa
menceritakan perumpamaan symbol Haa Miim, (yaitu) bagaimana harmonisasi
alam semesta. Agar diantara mereka mampu berkomunikasi dengan selayaknya.
Harmonisasi Makrokosmos dan Mikrokosmos. Agar Mim (jiwa) manusia mengerti dan memahami ‘kedudukan’nya. Kedudukan dirinya
sebagai ‘hamba’ sebab sebagaimana (Ha)
yang tunduk, seharusnya Mim juga
harus tunduk dan berserah diri dan menganggungkan nama-Nya.
No comments:
Post a Comment